SANTRIMENARA.COM, REMBANG – Habib Ali Mayong Jepara yang terkenal karamah dan jadzabnya di masyarakat sekitar adalah santri kuno di madrasah TBS Kudus. Murid Habib Ali bernama Habib Abdul Qadir al-Kaaf menceritakan apa yang pernah didengar langsung dari Habib Ali ketika masih nyantri di madrasah yang berdiri tahun 1928 itu. Menurut Habib Qadir, gurunya tersebut mengaku mendapatkan penghormatan tinggi ketika sekolah di madrasah TBS. Adab yang dipraktikkan para guru TBS ketika mengajar di kelas sangat dijunjung tinggi. Biasanya, murid lah yang mencium tangan guru sebagai wujud hormat. Namun, di TBS, kata Habib Qadir, guru justru yang mencium tangan Habib Ali sebagai muridnya karena mereka sangat menghormati keturunan Kanjeng Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam . Tidak hanya itu, karena sumber pengetahuan dari datuk para habaib, yakni Rasulullah, para guru di TBS merasa malu jika mengajar cucu Nabi Muhammad SAW. “Saya tidak mengajari jenengan lho Bib. Saya mengajar murid-murid lain,
Menzahirkan nasab dengan membangga-banggakan, sangatlah berbeda. Kalau merasa bangga dengan anugrah nasab yang baik pun dimana masalahnya? yang tidak boleh itu menyombongkan. Apalagi kalau yang menampakkan ini sampai dituduh tidak berilmu dan hanya bermodalkan nasab saja hidup di dunia ini, perih dengarnya. Jadi sedih bila teringat wajah para Habaib yang 'alim nan zuhud. Terus untuk apa pula para keluarga 'Alawiyyin itu berlomba-lomba mengirim anaknya ke Tarim Hadramaut kalau bukan untuk menuntut ilmu? apakah dikira mereka itu sedang main gundu di sana? Para 'Alawiyyin itu adalah orang-orang yang sangat kuat dalam menjaga ketersambungan nasab mereka kepada Nabi Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam-. Tidak pernah ada sejarahnya para 'Alawiyyin mengizinkan puteri mereka dinikahi oleh non 'Alawiyyin, bahkan puteranya pun juga dilarang, saking teguhnya khidmah mereka pada Nabi Muhammad. Kalau pun ada, kasusnya sangat-sangat jarang, bahkan dapat dikatakan bahwa te