Menzahirkan nasab dengan membangga-banggakan, sangatlah berbeda. Kalau merasa bangga dengan anugrah nasab yang baik pun dimana masalahnya? yang tidak boleh itu menyombongkan. Apalagi kalau yang menampakkan ini sampai dituduh tidak berilmu dan hanya bermodalkan nasab saja hidup di dunia ini, perih dengarnya. Jadi sedih bila teringat wajah para Habaib yang 'alim nan zuhud. Terus untuk apa pula para keluarga 'Alawiyyin itu berlomba-lomba mengirim anaknya ke Tarim Hadramaut kalau bukan untuk menuntut ilmu? apakah dikira mereka itu sedang main gundu di sana?
Para 'Alawiyyin itu adalah orang-orang yang sangat kuat dalam menjaga ketersambungan nasab mereka kepada Nabi Muhammad -shallallahu 'alaihi wa sallam-. Tidak pernah ada sejarahnya para 'Alawiyyin mengizinkan puteri mereka dinikahi oleh non 'Alawiyyin, bahkan puteranya pun juga dilarang, saking teguhnya khidmah mereka pada Nabi Muhammad. Kalau pun ada, kasusnya sangat-sangat jarang, bahkan dapat dikatakan bahwa terjadinya kasus-kasus tersebut biasanya diakibatkan oleh sedikitnya wawasan dan lemahnya pemahaman dari pihak orang tua dan puterinya, atau karena adanya situasi darurat yang sudah tidak bisa dihindarkan lagi
Bukan karena mereka berusaha untuk membuat sistem kasta dalam Islam seperti yang dikatakan oleh sebagian orang yang tidak tau apa-apa itu, tapi nasab mulia ini adalah amanah dari baginda Nabi. Amanah yang harus dijaga hingga hari kiamat nanti dan amanah ini sangatlah berat, karena membatasi kebebasan mereka dalam memilih pasangan, mengorbankan bahkan menghilangkan ego dan segala perasaan cinta kepada selain sesama mereka, demi tetap terjaganya silsilah nasab yang sangat mulia ini
Jadi, bukan malah enak-enakan mendapatkan amanah tersebut, apalagi sampai dituduh nyari nasib dari nasab yang mulia ini, demi Allah itu adalah perkataan yang sungguh sangat kurang ajar.
Bukan hanya dituntut keras untuk menjaga nasab, 'Alawiyyin juga dituntut untuk selalu menjaga akhlak dan ibadah, karena yang mereka bawa adalah nama Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam-. Oleh karena itu, biasanya didikan mereka sangat keras kepada anak-anak mereka sedari kecil, terutama dalam masalah akhlak dan ibadah. Seandainya mereka melakukan maksiat, maka mau diletakkan dimana muka mereka nanti di hadapan Rasulullah? dosa mereka bisa saja dihitung ganda ketika bermaksiat, pertama; dosa bermaksiat itu sendiri, dan kedua; dosa membuat malu Rasulullah di hadapan para ummatnya. Berat, dan ternyata tidak semua orang melihatnya dari sisi ini. Kebanyakan memandang bahwa "enak ya jadi habib, dimuliakan orang banyak". Padahal mereka tidak butuh dan tidak pernah minta dimuliakan. Sebagian lain berkata "enak ya jadi habib, pasti dapat kedudukan yang bagus di tengah ummat dan banyak duitnya". Padahal rata-rata mereka adalah orang yang zuhud, hidup sangat sederhana, tidak pernah pula mencari-cari jabatan bahkan cenderung lari dari perkara itu ketika orang beramai-ramai ingin mengangkat mereka dan memberikan kekuasaan pada mereka
Makanya agak mengherankan ketika muncul kembali fenomena orang-orang yang getol menafikkan nasab mereka, bahkan ada yang menuduh mereka dengan tuduhan-tuduhan keji, sedangkan mereka adalah orang-orang yang mulia, penuh dengan ilmu, dan istiqamah dalam ketaatan. Dituduh tafakhur bi al-nasab (berbangga-bangga dengan nasab), dituduh bodoh dan hanya bermodalkan nasab saja hidup di masyarakat, dan lain-lain. Tuduhan yang didasari oleh kebencian dan iri dengki semacam ini tidak akan membuat 'Alawiyyin menjadi hina di sisi Allah, justru orang-orang yang menuduh mereka seperti inilah yang akan dihinakan oleh Allah seumur hidup bila mereka tidak bertaubat dan meminta maaf kepada seluruh 'Alawiyyin yang telah ia hinakan seperti itu
Wallahu a'lam.
Ini tulisan saya yang terakhir tentang 'Alawiyyin dan fenomena viral yang terjadi akhir-akhir ini. Ketahuilah bahwa jika karena adanya perbincangan viral ini membuat semua masyarakat tidak percaya dengan para Habaib, maka hal ini tidak akan berpengaruh bagi mereka sedikitpun karena mereka tidak pernah minta duit dari siapapun, mereka tidak pernah minta dimuliakan, mereka tidak pernah minta dipuji-puji, dan semacamnya. Adanya bantahan dari mereka semata-mata untuk menyampaikan kebenaran dan membela kehormatan para datuk mereka yang telah mewariskan tradisi penjagaan amanah suci tersebut serta menafikkan anggapan bahwa selama ini mereka berdusta dan mengaku-ngaku sebagai keturunan Rasulullah. Na'udzubillah min dzalik
Semoga saya dan kita semua termasuk orang-orang yang betul-betul mencintai Nabi Muhammad sehingga mencintai pula anak-cucu keturunannya, serta dijauhkan dari sifat hasad dan sikap kurang ajar kepada Nabi Muhammad dengan menghinakan para keluarganya yang bisa menjadi sebab hilangnya keberkahan hidup kita selama berada di dunia ini, lebih-lebih lagi di akhirat
Disalin dari status Facebook Muhammad Adib, 24 April 2023 dan 5 Mei 2023
Komentar
Posting Komentar